Kamis, 12 Mei 2016

Profesionalisme Terintegrasi Seorang Ibu: Ini Versi Saya





Profesional bukan cuma buat jenis-jenis pekerjaan di ranah publik. Menjadi ibu yang berkiprah di ranah domestik maupun di ranah publik, ataupun keduanya, mutlak memerlukan profesionalitas. Ibu yang profesional mempunyai sikap hidup yang positif dan selalu mengasah kepandaiannya dalam melaksanakan tugas-tugas seorang ibu di ranahnya.  Berbeda dengan yang amatir, yang profesional tidak pernah berhenti meningkatkan kualitas diri untuk tujuan kemuliaan hidup.  Ibu profesional layak jadi kebanggaan keluarga, jadi kebanggaan peradaban. 

Itu adalah saripati yang saya tangkap dan saya tuangkan dengan bahasa saya sendiri setelah mengikuti kuliah online Program Matrikulasi Ibu Profesional sessi pertama, pekan ini.  Dengan berbagai keterbatasan, termasuk blum bisa online di Senin malam pukul 20.00 sd 21.00 Wib, karena masih disibukkan urusan main dengan anak-anak sampai mengantarkannya tidur malam, toh kuliahnya nyangkut juga di otak.  Setelah anak-anak tidur, hal-hal pekerjaan untuk ke kantor besok paginya sudah disiapkan, dan malam hening, barulah saya mulai membaca materi onlinenya, dan mengamati diskusi yang terjadi.  Materi dan diskusi yang terjadi sebelumnya telah saya rangkum di http://www.kompasiana.com/novi.ardiani/menjadi-ibu-profesional-harus_5733fc22cf7e61b104f73ff6. Atau bisa juga Bunda baca di http://perniknoviardiani.blogspot.co.id/2016/05/menjadi-ibu-profesional-harus.html
Tulisan yang sekarang Anda baca ini adalah lanjutan dari materi kuliah pertama yaitu nice homework dari Bunda Septi Peni Wulandani yang harus dikerjakan. 

Baiklah, jadi nice homeworknya adalah menyusun checklist indikator profesionalisme perempuan dalam tiga posisi yaitu:
a.   Sebagai individu
b.    Sebagai istri
c.    Sebagai ibu
Dengan catatan, indikator indikator yang dimaksud harus kita susun dan pikirkan sendiri, sedemikian rupa yang memang kita mampu menjalaninya.  Jadi ini betul-betul profesionalisme yang terintegrasi versi masing-masing ibu.  Kenapa profesionalisme yang terintegrasi?... Ya, karena profesionalisme ibu tidak berdiri sendiri.  Ibu dalam satu waktu yang bersamaan adalah juga seorang istri dan individu.  Ketiga peran ini melekat dan tidak bisa dipisah-pisahkan.  Yang harus selalu diingat adalah bahwa indikator utama keberhasilan ibu profesional adalah “Menjadi Kebanggaan Keluarga”.

Indikator dalam hal ini adalah alat bantu untuk mengukur profesionalitas, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Indikator ini perlu supaya kita bisa mengukur seberapa profesional kita dan seberapa besar dampaknya sudah memenuhi harapan keluarga dan masyarakat. Sehinghga, profesionalitas itu betul-betul kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat. Bukan sekedar ada di dalam obrolan materi kuliah. Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan indikator tersebut untuk menggambarkan profesionalisme terintegrasi seorang perempuan versi saya. Yuk mariii.....

a.    Sebagai individu

Saya, sebagai individu perempuan adalah makhluk sosial. Saya adalah seorang anak di mata kedua orang tua saya.  Seorang kakak di mata adik saya.  Seorang adik di mata kakak saya. Seorang guru di mata murid-murid saya.  Saya adalah seorang hamba di mata Tuhan. Sebagai makhluk sosial saya perempuan yang membutuhkan eksistensi dalam kehidupan sosial. Saya ingin memberikan manfaat kepada orang lain (baik keluarga maupun masyarakat) dan diakui keberadaan saya di lingkungan ekternal.  Saya ingin mendengar dan didengar.  Saya ingin berbuat dan diapresiasi. Saya ingin diberkahiNya. 

Saya sebagai individu adalah perempuan 38 tahun yang senang mengungkapkan pikiran dan berkisah lewat tulisan, senang mendongeng dan bercerita, senang memandu sebuah kegiatan atau acara-acara, senang mempelajari hal-hal baru untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan, dan senang memikirkan hal-hal yang sifatnya menghasilkan sebuah inspirasi dan berbagi dengan sebanyak mungkin orang. Latar belakang saya sebelumnya sebagai jurnalis dan dosen membentuk saya tetap suka menulsi dan suka belajar mengembangkan pengetahuan sampai hari ini. 

Kini saya adalah pekerja kantoran yang masih memiliki mimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Saya menyadari pentingnya membangun jaringan dan berkomunitas yang positif untuk memberikan ruang bagi diri saya berekspresi dan memberi manfaat bagi orang lain.  Jika dikerucutkan, sebagi individu saya adalah seorang penulis, MC, pembelajar, dan pekerja kantoran yang masih ingin lanjut kuliah S3. Dari pengerucutan inilah saya ingin menetapkan indikator profesionalitasnya.  Sesederhana mungkin yang sekiranya mampu saya jalani ke depan.  Saya mencoba menyusun indikator yang detil dan kuantitatif, supaya lebih mudah mengukur saat evaluasi.

Sebagai individu, indikator profesionalitas perempuan versi saya (setelah merenungi diri sendiri) adalah:

1.    Mampu menghasilkan tulisan yang inspiratif dan bermanfaat minimal satu tulisan dalam satu pekan, dan diupload ke blog/website
2.    Mampu mengambil kesempatan untuk menjadi narasumber untuk keminatan kepenulisan dan marketing di forum-forum pembelajaran, setidaknya dua kali dalam setahun (untuk menambah jam terbang)
3.    Mampu ikut lomba menulis dan minimal masuk nominasi setidaknya dalam event lomba menulis tiga kali dalam setahun
4.    Mampu mengambil kesempatan memandu acara (MC) minimal enam kali dalam setahun (untuk menambah jam terbang)
5.    Mampu menerbitkan buku karya sendiri tahun depan (2017) minimal 1, dan berkelanjutan di tahun tahun berikutnya
6.    Mampu memperluas wawasan dan networking dengan aktif di komunitas yang positif dan mengambil peran di dalamnya
7.    Mampu meningkatkan kualitas ibadah dengan mengikuti kajian minimal 2 kali dalam sebulan
   
b.   Sebagai istri

Sebagai istri, saya termasuk istri yang tidak selalu berada di samping suami dikarenakan suami sering melakukan perjalanan dinas ke luar negeri.  Sehari-hari juga kami bekerja di tempat kerja dan bidang pekerjaan yang berbeda, walaupun kami memiliki sebuah persamaan latar belakang pendidikan yaitu Mikrobiologi. Pada saat-saat tidak berdekatan dengan suami, komunikasi fisik digantikan dengan komunikasi verbal.

Kami termasuk pasangan yang menyadari bahwa terpisah jarak mengajari kami untuk saling percaya pada pasangan. Walaupun masing-masing dari kami tidak lepas dari godaan dan kerikil, tetapi sampai hari ini Alhamdulillah Tuhan masih menyatukan kami dalam ikatan yang suci.  Kami suami istri menyepakati sebuah misi untuk saling menjadi partner untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.  Dari misi inilah saya berusaha menurunkan indikator profesionalisme saya sebagai istrinya.
Sebagai partner, saya sebagi istri sering diajak diskusi dan dimintai pendapat suami dalam banyak hal termasuk membantu pekerjaan kantornya. Sebaliknya, suami pun sering memberikan masukan tentang aktivitas saya dalam pekerjaan dan nonpekerjaan.  Seringkali, kami juga merumuskan mimpi-mimpi yang ingin kami capai berdua termasuk pergi haji dan menyekolahkan anak-anak setinggi mungkin.

Sebagai istri, indikator profesionalitas perempuan versi saya (setelah berdiskusi jarak jauh dengan suami karena saat ini beliau sedang bertugas di Amsterdam-Volendam-Keukenhof Netherlands) adalah:

1.    Mampu menyediakan waktu minimal pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) selama minimal 2 sampai 3 jam untuk bertukar pikiran dengan suami secara intensif tidak terdistraksi hal lain
2.    Mampu menjaga komunikasi verbal selama berjauhan dengan telepon, chatt, email dan link tulisan-tulisan atau media sosial, minimal komunikasi 1 sampai 2 jam efektif dalam sehari.
3.    Mampu membuka diri untuk terus belajar dan berproses tumbuh bersama suami menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu dengan cara bersama suami minimal satu kali dalam sebulan melakukan kegiatan bersama yang sifatnya pembelajaran bagi suami istri, bisa dengan ikut seminar parenting atau kajian pasutri, bisa juga melakukan aktivitas berdua yang menumbuhkan semangat pembelajaran bersama.
4.    Mampu memberikan support kepada suami untuk mencapai misi selamat bersama dunia dan akhirat dengan cara menjaga integritas dan kejujuran, konkritnya dengan:
a.    Tidak membelanjakan uang yang seharusnya ditabung dan tidak menabung uang yang seharusnya dibelanjakan
b.    On budget
c.    Tetap berbagi dalam keadaan lapang dan sempit


c.    Sebagai ibu

Sebagai ibu dari dua orang putra dan putri, saya terlebih dulu merenung dan bertanya kepada anak-anak saya tentang ibu seperti apa yang mereka harapkan, untuk dapat menyusun indikator profesionalismenya. Ranah tugas ibu sebagaimana telah dibuat tingkatannya oleh Bunda Septi adalah:
1.    Bunda Sayang, kaitannya dengan pendidikan anak
2.    Bunda Cekatan, kaitannya dengan manajemen pengelolaan rumah tangga
3.    Bunda Produktif, kaitannya dengan upaya bunda untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat, dapat berupa materi maupun non materi.
4.    Bunda Salihah, kaitannya dengan nilai-nilai hidup yang kita perjuangkan sebagai perempuan yang beriman


Bertolak dari situ, saya akhirnya merumuskan indikator profesionalisme ibu dilihat dari masing-masing ranah adalah sebagai berikut:
1.    Bunda Sayang
a.     Mampu menyediakan waktu efektif kebersamaan dengan anak-anak minimal satu jam di pagi hari dan 3 jam di malam hari selama hari kerja (Senin sd Jumat) yang diisi dengan kegiatan yang melatih kemandirian dalam kasih sayang
b.    Mampu menyediakan waktu efektif kebersamaan di hari libur dan akhir pekan (Sabtu-Minggu) full diisi dengan kegiatan yang mengasah pembelajaran dalam kasih sayang.  Kalaupun melakukan kegiatan di hari Sabtu, sedapat mungkin mengikutsertakan anak-anak
c.    Mampu menyediakan waktu minimal satu atau dua jam dalam sepekan untuk berdiskusi soal pendidikan anak dengan pasangan
d.    Mampu mengikuti kajian atau workshop atau seminar parenting atau belajar perihal pendidikan anak minimal satu kali dalam sebulan
e.    Mampu berkomunikasi efektif dengan anak yang ditandai dengan anak memahami apa yang kita sampaikan, anak mampu menyampaikan dan terlihat ingin selalu menjalin komunikasi dengan ibu
f.     Mampu mengasuh anak-anak dengan baik ditandai dengan anak-anak tumbuh sehat tidak mudah sakit, tidak kumat alergi, dan tumbuh kembangnya normal
g.    Mampu membuka diri untuk belajar hal-hal baru yang sifatnya mendukung pendidikan anak seperti belajar memasak, mendongeng, dan kreatifitas anak

2.    Bunda Cekatan
a.    Mampu mengatur keuangan rumah tangga sesuai dengan pendapatan suami istri yang digabung, ditandai dengan cash flow yang lancar dan semua kebutuhan dapat dipenuhi berdasarkan skala prioritas yang disepakati bersama pasangan
b.    Mampu mengikuti workshop atau kelas belajar finansial planning dan update perkembangannya minimal sekali dalam setahun
c.    Mampu mengimplementsaikan ilmu manajemen rumah tangga yang didapat dari buku dan komunitas belajar sesuai dengan kebutuhan keluarga, ditandai dengan teraturnya rumah tangga dan minim komplain dari suami atau anak

3.    Bunda Produktif
a.     Mampu menemukan minat, bakat, dan passion serta mengembangkannya menjadi suatu yang produktif, diantaranya:
·         Mampu menghasilkan tulisan yang inspiratif dan bermanfaat minimal satu tulisan dalam satu pekan, dan diupload ke blog/website
·         Mampu mengambil kesempatan untuk menjadi narasumber untuk keminatan kepenulisan dan marketing di forum-forum pembelajaran, setidaknya dua kali dalam setahun (untuk menambah jam terbang)
·         Mampu ikut lomba menulis dan minimal masuk nominasi setidaknya dalam event lomba menulis tiga kali dalam setahun
·         Mampu mengambil kesempatan memandu acara (MC) minimal enam kali dalam setahun (untuk menambah jam terbang)
·         Mampu menerbitkan buku karya sendiri tahun depan (2017) minimal 1, dan berkelanjutan di tahun tahun berikutnya
·         Mampu memperluas wawasan dan networking dengan aktif di komunitas yang positif dan mengambil peran di dalamnya
·         Mampu meningkatkan kualitas ibadah dengan mengikuti kajian minimal 2 kali dalam sebulan
b.    Mampu produktif tanpa harus menyisihkan kewajiban utama mengasuh anak-anak dan keluarga, ditandai dengan kita mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat (materi dan non materi) tetapi pertumbuhan anak-anak tetap dapat dipantau dengan baik dan anak-anak tetap mendapatkan hak dan kasih sayang dengan properly.  
c.    Mampu menikmati dan memberikan apresiasi bagi diri sendiri dari pengembangan minat dan bakat yang telah dilakukan, ditandai dengan makin semangat untuk mengembangkan diri

4.    Bunda Salihah
a.     Mampu memperjuangkan nilai-nilai tauhid, kejujuran, integritas (kesamaan kata dan sikap), ulet dan persistent, berani memperjuangkan sesuatu yang diyakini adalah kebenaran dengan dasar yang kuat, ditandai dengan apa apa yang kita lakukan di dalam hidup selalu didasarkan pada nilai-nilai itu
b.    Mampu meninggalkan nama baik dan catatan pemikiran tentang pembelajaran perempuan yang tak boleh henti yang ditulis dengan rapi (bentuk buku atau blog/website), sampai ketika kita meninggal pun pemikiran dan ide-ide kita tetap bermanfaat bagi masyarakat dan dikembangkan seiring dinamika zaman oleh peradaban selanjutnya.
c.    Mampu menjalankan program pembelajaran perempuan seumur hidup, dengan cara melakukannya terhadap diri sendiri dan berusaha menularkannya kepada orang lain lewat tulisan dan komunitas, ditandai dengan tidak pernah berhenti belajar dan menuliskannya dan menyebarluaskannya untuk mempengaruhi orang lain mengikuti jejak kita.
d.    Mampu merasakan kebahagiaan dengan menjalankan program nomor 4.c, ditandai dengan makin semangat menjalani hidup walaupun apapun yang dihadapi, sebab hidup penuh amal manfaat adalah sesuatu yang sangat bernilai sebagai bekal pulang.

Nah, setelah dituliskan, saya mendapati bahwa memang profesionalisme perempuan itu terintegrasi dalam satu kesatuan; individu, istri dan ibu.  Dan apa yang sudah saya tuliskan adalah versi saya.  Versi bunda-bunda yang lain mungkin berbeda.  Saya mendapati bahkan  ada irisan yang menunjukkan kemiripan bebrapa indikator di ranah yang berbeda.  Profesionalisme ibu untuk ranah Produktif dan Salihah ternyata juga merupakan bagian dari individu.  Artinya seorang ibu juga adalah makhluk sosial yang tidak bisa tidak memang perlu berekspresi untuk menyadari eksistensi dirinya. Setiap ibu pasti ingin bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, dan lingkungannya. 

Saya menyadari, beberapa indikator sangat sulit untuk saya kuantifikasi, sehingga masih kualitatif.  Selanjutnya, semua adalah proses.  Semoga saya dapat menjalani proses dengan penuh semangat!

Namun, satu hal penting yang perlu diingat selalu adalah, bahwa keseimbangan akan menjadi jalan yang paling baik untuk terciptanya sebuah harmoni yang utuh.  Seorang perempuan sebagai individu, istri, dan ibu selayaknya selalu mendekat ke garis keseimbangan, untuk harmoni hidup ini.  Ada saatnya kita harus mengejar ketertinggalan di pijakan Bunda Sayang atau Bunda Cekatan.  Namun ada kalanya kita harus lebih meningkatkan pijakan di Bunda Produktif ataupun Bunda Salihah.  Semua berproses.  Proses pembelajaran itu terjadi sepanjang hidup.  Selama kita berproses menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, walaupun sedikit demi sedikit, Insha Allah kita telah melangkah di pijakan yang benar. Keep on moving Bunda......



Rabu, 11 Mei 2016

Menjadi Ibu Profesional? HARUS.

Jika kita puas disebut ibu setelah melahirkan anak, kita patut mengasihani diri sendiri. Menjadi ibu, bukan sekedar melahirkan anak, memberinya makan, dan mengikuti alur seadanya yang penting bisa hidup.  Lebih dari itu.  Menjadi ibu harus profesional.  Kemuliaan hidup adalah ketika proses menjadi lebih baik terjadi terus menerus tanpa henti sepanjang hayat.  Menjadi ibu harus profesional, bukan amatiran.  Untuk menjadi profesional, seorang ibu harus bermental pembelajar. Karena ibu profesional perlu meningkatkan selalu kepandaiannya dalam tugas-tugas ibu agar memberikan dampak yang positif bagi keluarga dan masyarakat.  

Saya pun ingin sekali menjadi ibu yang profesional, yang senantiasa memantaskan diri dengan mempelajari dan mengembangkan ilmu terkait dengan tugas ibu sebagai pendidik utama generasi berikutnya. Kemana saya harus belajar?... Akhirnya saya memutuskan untuk belajar kepada Ibu Septi Peni Wulandani, pendiri Institut Ibu Profesional (IIP) dari Salatiga.

Berawal dari membaca buku-buku yang diterbitkan IIP, mengikuti kegiatannya, lalu memberanikan diri maju menjadi Koordinator Kelas Menulis bagi ibu-ibu di IIP cabang Depok wilayah tempat tinggal saya, kemudian sampailah saya kesempatan mengikuti kuliah online Matrikulasi Ibu Profesional pada Batch pertama tahun ini.  

Saya meyakini sebuah pembelajaran tak mengenal batas usia, waktu, dan tempat.  Kemajuan teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi dinamika zaman.  Seorang Ibu harus terus belajar, karena dampak pembelajarannya akan membuatnya semakin percaya diri untuk mendidik putra putrinya, menumbuhkan karakter positif anak-anaknya, dan memberikan semangat dalam keluarga.  Bukan tidak mungkin seorang ibu pembelajar akan menjadi motor bagi perubahan di lingkungan masyarakat ke arah yang positif.  

Ibu, pacu terus adrenalin rush mu.  Dalam semangat pembelajaran, izinkan saya berbagi materi kuliah IIP kepada siapapun Bunda yang ingin terus belajar menjadi Ibu yang Profesional. 

Check it out..........

KULIAH ONLINE PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL
PROGRAM MATRIKULASI BATCH #1 (Special) ( 9 Mei 2016 sd 11 Juli 2016)

Peserta:  150 siswa terdiri dari Pengurus Pusat IIP berbagai kota dan Koordinator Kelas Minat/Rumah Belajar IIP di berbagai kota di Indonesia

Ketua Kelas:  Novi Ardiani/ Opi (IIP Depok)
Sekretaris:  Ike Pratiwi Fanani /Ikhe (IIP Tangerang Selatan)
Bendahara :  Dewi (IIP Bandung)
Koordinator Pekan #1 (periode 9-15 Mei 2016):  Andita A. Aryoko (IIP Malang Raya)

OUTLINE:
1[Overview Ibu Profesional]:  Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
2[Bunda Sayang]:  Membangun Peradaban dari dalam Rumah
3[Bunda Sayang]:  Mendidik dengan Fitrah, berbasis Hati Nurani
4[Bunda Cekatan]: Bunda Manajer Keluarga
5[Bunda Cekatan]: Belajar Bagaimana Caranya Belajar
6[Bunda Produktif]: Rejeki itu Pasti, Kemuliaan harus dicari
7[Bunda Produktif]: Menemukan misi spesifik hidup
8[Bunda Shaleha]: Bunda sebagai Agen Perubahan
9[Komunitas]: Membangun Komunitas, Membangun Peradaban
10[Komunitas]: Manajemen Mengelola Komunitas

Sistematika program matrikulasi adalah sebagai berikut :
1. Mendaftar dan membayar investasi sebesar Rp 100.000,-/orang sekaligus sebagai biaya membership IIP seumur hidup dengan distribusi dana 10% untuk Sejuta Cinta Pusat, 20% kembali ke IIP Kota sebagai kas kota, 70% untuk IIP Pusat sebagai biaya pengembangan program)
2. Kuliah WhatsApp berlagsung setiap hari Senin pukul 20.00-21.00 WIB
3. Setelah kuliah selesai, keesokan harinya peserta akan mendapatkan nice homeworkyang harus dikerjakan dengan batas waktu yang telah ditentukan.

1[Overview Ibu Profesional]:  Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
Senin 9 Mei 2016 Pukul 20-21 WIB
MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA

Oleh : Septi Peni Wulandani

Salam Ibu Profesional,
Selamat datang di program Matrikulasi Ibu profesional.
Di sesi pertama ini kita akan membahas tentang 4 hal :
a. Apa Itu Ibu Profesional?
b. Apa itu Komunitas Ibu Profesional?
c. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi Ibu Profesional?
d. Apa saja indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional?

APA ITU IBU PROFESIONAL?
Kita mulai dulu dengan mengenal kata IBU ya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia Ibu itu memiliki makna 1 perempuan yang telah melahirkan seseorang; 2 sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami;3 panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum; 4 bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari; 5 yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: -- negeri; -- kota;
Sedangkan kata PROFESIONAL, memiliki makna 1 bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak --;
Berdasarkan dua makna tersebut di atas, maka IBU PROFESIONAL adalah seorang perempuan yang : a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
b.Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh –sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.

APA ITU KOMUNITAS IBU PROFESIONAL?
Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri dan sebagai individu.
VISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
Menjadi komunitas pendidikan perempuan yang paling unggul di Indonesia.
MISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
1.Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi
guru utama dan pertama bagi anaknya.
2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya
sehingga menjadi keluarga yang unggul.
3. .Meningkatkan rasa percaya diri ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
4. Meningkatkan peran ibu menjadi "change agent" (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang.

BAGAIMANA TAHAPAN-TAHAPAN MENJADI IBU PROFESIONAL?
Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional yaitu :
a. Bunda Sayang
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi
guru utama dan pertama bagi anak-anaknya
b. Bunda Cekatan
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya
sehingga menjadi keluarga yang unggul.
c. Bunda Produktif
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
d. Bunda Shaleha
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.

APA INDIKATOR KEBERHASILAN IBU PROFESIONAL?
“Menjadi KEBANGGAAN KELUARGA”
Kalimat di atas adalah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional. Karena customer kita adalah anak-anak dan suami. Maka yang perlu ditanyakan adalah :
BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?
BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.
c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga
BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?
BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?

Setelah materi disampaikan, maka langsung dibuka sesi tanya jawab dimana peserta diperbolehkan langsung menyampaikan pertanyaan di grup. Pertanyaan demi pertanyaan langsung mengalir deras. Berikut beberapa pertanyaan yang sempat terbahas oleh bu Septi hingga jam kulwapp usai. 
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang belum terjawab akan dijawab oleh beliau secara bertahap.

1. Mandiri secara finansial ....apakah itu suatu keharusan?
Makna produktif di Ibu Profesional tidak selalu bermakna dengan uang. Bisa produktif berbagi ilmu dan karya. Hanya secara fitrah ketika kita sudah profesional menjalankan peran hidup kita, maka uang itu akan mengikutikita, bukan kita yang mengejar uang.
Maka kemandirian finansial menjadi salah satu pendukung (bukan satu-satunya) proses terwujudnya rasa percaya diri seorang ibu. Ibu yang percaya diri akan mendidik anaknya dengan jauh lebih baik.

2. Step pertama yg mesti dilakukan utk melangkah menjadi ibu profesional?
Setiap mendapat materi, maka segera kerjakan nice homework yang diberikan keesokan harinya. Lakukan perubahan sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Materi sekeren apapun kalau tidak dipraktekkan, akan sia-sia, karena tidak akan membumi dan menjadi amalan kita.

3. Bu Septi, bagaimana kita menemukan misi hidup spesifik? Menurut yang saya pelajari, misi hidup tersebut lebih ke aspek batin atau spiritual dibandingkan aspek sosial ekonomi. Meskipun tidak menampik adanya pengaruh ke arah 2 aspek tersebut jika kita telah menemukannya. Mohon pandangan Ibu.
 Dalam hidup ini tidak ada yang terpisah-pisah antara aspek batin, spiritual, sosial dan ekonomi, semua menjadi satu kesatuan. Orang yang sudah menemukan misi spesifik hidupnya itu akan paham apa maksud Allah SWT menciptakan dirinya di muka bumi ini. Sehingga seluruh perjalanan hidupnya adalah perjalanan menuju DIA. Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya tidak perlu heboh mencari peluang, peluanglah yang akan datang padanya.

 4. Apakah memang harus berurutan, Bu?
Apabila Anda belum memiliki anak, mulailah dari bunda cekatan, kalau sudah punya anak, langsung ke bunda sayang. Setelah itu lanjut ke bunda produktif dan shaleha. Karena ini merupakan anak tangga Ibu Profesional, maka sebaiknya dikuatkan setahap demi setahap, agar mendapatkan pijakan yang kuat.

5. Bagaimana jika ingin menjadi seorang ibu profesional tapi kurang dukungan dari suami?
 Bunda, perempuan itu makhluk luar biasa, diberikan berbagai kekuatan ganda, jadi apabila suami tidak mendukung, tetap berjalanlah dan JANGAN BERHENTI.
Dengan catatan : selama suami tidak mengganggu perjalanan anda sebagai Ibu Profesional, lanjutkan. Tapi kalau mengganggu segera selesaikan dulu rintangan ini.
Setelah anda berjalan, segera mendekatlah ke Yang Maha Membolakbalikan Hati. Agar suami kita mau mendukung perjalanan kita mendidik anak.
Karena berdasar pengalaman, istri yang tidak didukung suami, akan tetap menjalankan aktivitas mendidik anak dengan BAIK, berbeda apabila kondisi sebaliknya.
Sedangkan keluarga yang suami istri mau berjalan bersama beriringan, bisa mendidik anak dengan SANGAT BAIK.
Sehingga pilihannya hanya dua BAIK dan SANGAT BAIK

6. Bila berbicara tentang komunitas terkadang secara tidak langsung terbagi menjadi ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Yang ibu bekerja kebanyakan jadi terfikir untuk resign demi perkembangan anak-anak nya. Bagaimana di IIP memandang ini, Bu?
 Di Ibu Profesional hanya ada satu ibu yaitu IBU BEKERJA. Ada yang memilih BEKERJA DI RANAH DOMESTIK dan ada yang memilih BEKERJA DI RANAH PUBLIK, dua-duanya memerlukan keprofesionalitasan. Sehingga harus mengikuti pijakan-pijakan yang ada.
Ibu yang memilih bekerja di ranah domestik harus menguatkan bunda sayang dan bunda cekatannya sebagai pijakan masuk ke ranah publik dengan dasar ilmu bunda produktif dan bunda shalehah.
Ibu yang memilih bekerja di ranah publik, harus menguatkan bunda produktif dan bunda shaleha dengan benar, agar bisa dengan cepat mengejar ketertinggalan di bunda sayang dan bunda cekatan.

7. Ketika ada ibu profesional, bagaimana dengan ayah profesional? Bagaimana dengan keprofesionalan ayah dalam keluarga?
 Jangan pernah menuntut ayah, karena fitrahnya laki-laki baik-baik itu untuk perempuan baik-baik. Pasangan hidup adalah cermin bagi kita, ketika kita mendapati suami "tidak sesuai harapan" jangan buru-buru menuntut, itu pertanda kualitas kita juga sama. Maka pakai prinsip :
For Things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST
Untuk mengubah seseorang, maka ubahlah diri kita terlebih dahulu. Istilah di Ibu Profesional, "proses memantaskan diri'. Jangan pernah berhenti di ranah ini, karena Allah tidak akan rela memberikan kita pasangan hidup yang tidak mau berubah ketika kita terus berubah.
Apabila ingin mengajak para ayah, buatlah aktivitas keluarga, jangan diminta sang ayah menyendiri mencari komunitas sendiri.

8. Bu Septi, saya sudah menemukan minat dan bakat dan sudah merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat ini tetapi saya tidak tahu bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita. Bagaimana saran Ibu?
 Hanya ada dua kata KONSISTEN dan KOMITMEN. Menurut penelitian para ahli, seseorang akan menjadi ahli itu apabila sudah mencapai 10.000 jam terbang. Maka tetapkan mulai besok, sehari akan mendedikasikan waktu kita untuk ranah minat dan bakat ini berapa jam, berkomitmenlah bahwa 10.000 jam terbang anda akan raih selama berapa tahun. Setelah itu konsisten di satu hal, jangan berganti-ganti.

9. Untuk bunda sayang,bagaimana menilai bahwa anak bangga dan suka dididik oleh ibunya? Karena yang saya lihat satu anak (7tahun) seperti menurut agar tidak kena marah, dan yang satu (5tahun) speperti tidak mau mendengar apa yang saya sampaikan untuk kebaikannya.
 Lihatlah respon mereka, dan IQRA', pertajam hati untuk membacanya. Karena kondisi di atas artinya "komunikasi kita ke anak" belum clear. Maka perkuat materi komunikasi produktif.

10. Apakah ini merupakan sebab akibat, Bu? Kalau suami tidak mau/tidak bisa/tidak mampu banyak terlibat, apakah cara ibu ini belum benar/banyak kekurangan dalam mendidik anak-anaknya?
 Tergantung tipe apa suami kita, kalau tipe suami itu hanya mencari nafkah dan urusan rumah adalah urusan istri, maka semakin kita tidak mampu mendidik anak, semakin tidak ingin terlibat, karena merasa menambah beban pikiran dia. Akhirnya cuek dalam kegalauan.
Tapi kalau suami tipe family man, melihat istri tidak mampu mendidik anak, akan semakin ingin melibatkan diri bahkan mendidik kita.

11.  Dan siapakah sebenarnya yg harus mulai terlebih dahulu, apakah memang mesti dari seorang ibu dulu?
 Karena Anda yang melahirkan, maka jangan pernah bergantung pada siapapun dulu untuk mendidik anak, meski itu suami kita. Andaikata suami kita mau terlibat itu bonus keberkahan yang luar biasa.

Tangga pijakan ala IIP menuju Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
Tahapan pijakan ala IIP menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga 

Belajar dalam sebuah komunitas yang positif itu menyenangkan loh bunda.  Adrenalin rush terus dipacu, karena setelah ini otak harus diputar untuk mikir.  Ada nice homework dari tiap kuliah yang harus dikerjakan sesuai dengan konsep diri.  
tunggu postingannya setelah ini. 

Moms, happy learning!!!




Profesionalisme Terintegrasi Seorang Ibu: Ini Versi Saya

Profesional bukan cuma buat jenis-jenis pekerjaan di ranah publik. Menjadi ibu yang berkiprah di ranah domestik maupun di ranah pu...